NORMALISASI CITARUM
Latar belakang
Kajian
1.
Alasan banjir
a.
Rehabilitasi Citarum
Rehabilitasi citarum dengan semodel peninggian tanggul dan turap dipandang
oleh umum sebagai cara paling efektif dalam mengatasi bencana banjir. Debet air
yang overload saat musim penghujan tidak secara sempurna mengalir ke laut namun
justru meluap ke atas tanggul sehingga menyebabkan banjir di hilir sepanjang
DAS. Disamping itu, buruknya kondisi tanggul karena tuanya usia seringkali tak
kuat menahan tekanan volume air yang besar sehingga tanggul (terutama pada
titik rentan) jebol sehingga mengakibatkan banjir besar seperti yang terjadi
pada tahun 2006 dan 2010 silam. Tak terhingga kerugian yang diderita baik oleh
masyarakat maupun dunia bisnis. Luapan dan kerentanan tanggul yang disebabkan
oleh pendangkalan dan penyempitan sungai serta rendah dan rapuhnya struktur
tanggul menegaskan satu kondisi berupa ancaman bencana banjir pada setiap musim
penghujan. Menurut konsultan serta para ahli, cara mengatasi luapan dan
jebolnya tanggul sungai citarum hanya bisa dilakukan dengan cara merehabilitasi
struktur citarum agar banjir enggan menghampiri masyarakat sekitar DAS Citarum.
Sepintas, Mega proyek pengerukan dan penurapan tanggul pada program
rehabilitasi struktur citarum sebagai upaya pemerintah dalam mengatasi banjir
sungguh mengesankan. Namun apabila kita cermati dengan seksama, tentunya akan
muncul pendapat lain berkenaan dengan metoda penanganan banjir. Berikut ini
adalah beberapa alasan penting yang absen dari praktik penanggulangan banjir
yang seharusnya terlebih dahulu diungkap secara jujur dan benar kemudian
diselenggarakan dalam bentuk kegiatan konkrit penanggulangan banjir : Pertama,
faktor yang sering dijadikan alasan paling sahih dalam musibah banjir adalah
karena curah hujan yang tinggi. Tingginya curah hujan terdorong oleh anomali
iklim sebagai konsekwensi logis yang harus diterima sebagai akibat dari
kerusakan alam, secara khusus pada fenomena pemanasan global. Kedua,
Penggundulan hutan (deforestasi) secara anarkis terus berlangsung hingga saat
ini nyaris tanpa henti. Secara ilmiah, kedudukan hutan di daerah hulu sangat
berpengaruh besar terhadap sirkulasi air alam. Hutan berkemampuan menahan erosi
karena struktur hutan memiliki fungsi menyerap air kedalam tanah secara efektif
sehingga air hujan yang mengalir kedaerah rendah dan tertampung di sungai untuk
kemudian dialirkan ke laut hanya dalam volume kecil. Ketiga, beralihnya daerah
resapan air menjadi daerah terbangun. Entah dari ledakan populasi (terutama di
hulu) yang sarat dengan kebutuhan pemukiman maupun ekses dari carut marutnya
tata ruang sehingga daerah yang seharusnya berfungsi sebagai kawasan hijau/pertanian/konservasi
perlahan berubah menjadi daerah terbangun.
Mega proyek ini bernama Normalisasi Sungai Citarum
Alangkah tepatnya jika kita urai terlebih dahulu mengenai proyek ini
berikut dampak-dampaknya yang muncul. Normalisasi sungai Citarum bukan saja
kegiatan tunggal memperbaiki struktur sungai, melainkan mencakup aspek
pemurnian kualitas air sungai citarum
bla bla bla bla . . . .
2.
Analisis Kasus
a.
Penggusuran
b.
Dampak lingkungan (penyakit ispa di desa
lengahjaya Cabang bungin dan desa Jaya sakti muara gembong)
3.
PT. Waskita Karya melakukan pengerukan sedimen di
zona (bagian) hulu yaitu paket V mulai dari sapan hingga nanjung kontrak
kegiatan tahun jamak ini selama tiga tahun anggaran (september 2011-desember
2013)
4.
MP3EI memacu pertumbuhan sektor konstruksi yang
selama ini naik 7% dalam setiap tahunnya sehingga meningkatkan penjualan semen
(15% pada semester I-2012). Konsumsi semen perkapita di dalam negeri terus
meningkat pada lima tahun terakhir. Pada 2011 konsumsi semen nasional tumbuh
menjadi 48 juta ton pertahun atau atau naik 17, 7 % dari tahun sebelumnya.
Untuk tahun 2012 diprediksi naik 15 persen dengan produksi mencapai 54 juta ton
dan tahun 2013 diprediksi mencapai 60 juta ton.
5.
ADB sebagai sponsor (kepentingan asing)
a.
Sejak 2007 citarum menjadi sungai paling
tercemar di dunia (oleh limbah industri manufaktur)
b.
Saham asing di PT Waskita Karya (perusahaan
konstruksi)
c.
Saham asing di perusahaan-perusahaan semen
d.
Peran ADB dalam MP3EI
6.
Kesimpulan dan saran
1.
Diperlukan transparansi
2.
Otonomi Daerah
3.
Jalan keluar
0 komentar